Jumat, 10 Oktober 2014

#Suicide Isn't The Answer

Beberapa hari yang lalu ada seorang pria yang memutuskan untuk melompat dari lantai 50an di sebuah gedung di kota Jakarta.
Melihat foto yang beredar di internet sungguh sangat memilukan hati.

(Baru kali ini rasanya saya ingin menulis secara formil, without my quirky sense of humour)

Mungkin orang akan mengatakan dan menilai bahwa pelaku bunuh diri; atau saya akan menyebutnya manusia yang memutuskan sendiri saat dan waktu hidupnya harus berakhir; adalah orang yang pengecut karena tidak berani menghadapi persoalan hidupnya.
Tapi bagi saya, orang-orang ( yang sudah almarhum) tersebut adalah orang yang sangat berani.

Kenapa?

Karena bila saya menempatkan diri sendiri di posisi mereka, belum tentu saya sanggup melakukan yang mereka lakukan.

Tempatkan saya di lantai 60 dan saya akan jatuh gemetar karena takut ketinggian tanpa sempat punya tenaga untuk berdiri dan meloncat dari jendela.

Berikan saya tali dan tiang, maka saya akan menjadikannya jemuran tanpa punya keberanian untuk mengikatnya di leher karena keselek air liur sendiri saja sudah cukup sakit apalagi tercekik oleh tali itu bukan?

Saya ini yang penakut! 
Amat sangat takut hidup saya akan berakhir sebelum semua urusan dan tanggung jawab saya sebagai single parent dan sebagai anak dari ayah saya selesai saya kerjakan.

Setiap melihat bapak tua yang sedang menyapu jalan atau mendorong gerobak di jalanan Jakarta yang panas dan macet tanpa memakai alas kaki, saya selalu bersyukur bahwa itu bukan ayah saya. 

Saya ini benar-benar penakut! But I thank GOD for that.

Saya tidak yakin ada yang membaca tulisan ini, tapi saya akan tetap menulisnya keyakinan saya bahwa : orang yang mengakhiri hidupnya sendiri adalah orang yang sangat berani.

Karena mereka sangat berani meninggalkan begitu banyak kesempatan yang hidup berikan kepada makhluk yang masih hidup.
Meninggalkan kesempatan untuk merasakan kepuasan saat berhasil menghadapi dan melalui satu demi satu masalah dalam hidup mereka.
Meninggalkan kesempatan menemukan jalan yang terang yang mungkin ada di jalan di depan mereka setelah mereka berhasil melalui lorong gelap tempat mereka berada saat ini.
Kesempatan bertemu orang-orang yang peduli dengan mereka.
Kesempatan untuk peduli pada orang lain.
Kesempatan untuk bukan cuma dibantu tetapi membantu orang lain.
Kesempatan memperoleh pengalaman baru dalam hidup.
Kesempatan bertemu orang baru.
Kesempatan untuk merasakan rasa puas pada diri sendiri karena merasa menjadi orang yang berguna bagi orang lain.
Kesempatan mencoba hal baru dalam segala hal yang bisa dicoba di dunia ini.
Kesempatan untuk menertawakan masa lalu yang saat dihadapi terasa sangat berat namun kini saat diingat kembali sebenarnya biasa-biasa saja.
Kesempatan untuk bersyukur atas segala hal yang diperoleh dan dimilki dalam hidup ini, dan

Kesempatan untuk menjadi tua....


Sekarang adalah masa dimana semua orang sibuk dengan sosial media sehingga saat duduk berdekatan pun orang hanya menghabiskan sedikit waktu untuk berbicara tapi menghabiskan waktu lebih banyak dengan handphonenya (sumpah, itu gue banget! Malu untuk mengakui, but that's really me )

Mungkin ada banyak orang di luar sana yang tidak punya tempat untuk mengeluarkan isi hati, beban pikiran, sharing problem atau bahasa gaulnya : curhat.

Waktu saya google dengan berbagai key words, ada banyak bantuan yang nyata untuk anak putus sekolah, fakir miskin, pelayanan kesehatan bagi yang tidak mampu dll.









Tapi waktu saya google untuk mencari tahu apakah ada bantuan nyata yang tersedia untuk orang yang depresi atau ingin bunuh diri yang saya dapatkan hanya link dan tips.




Tapi karena saya masih mencoba sekali lagi, saya berusaha menggoogle lagi, kali ini dengan bahasa negara lain, dan... di luar sana ternyata ada line call khusus untuk mereka yang berniat bunuh diri. Ada bantuan di luar sana dari orang-orang yang tidak mengenal mereka yang berniat mengakhiri semua masalahnya all in one in one shoot.

"National suicide prevention lifeline"

Ya kenapa tidak, setiap hidup, setiap nyawa adalah sangat berharga, seharusnya bisa menjadi aset bagi lingkungan keluarga, RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota dan Negara sekalipun.

Bila anak putus sekolah dan fakir miskin dibantu sehingga mereka bisa sekolah dan bekerja, tetapi saat mereka terjun ke dalam kehidupan nyata di kota, terutama kota besar dengan permasalahan yang sangat kompleks yang tidak bisa diajarkan cara menghadapinya di sekolah atau tempat pendidikan non formil, saat mereka mengalami depresi (yang saya rasa sudah menjadi permasalahn umum) siapa yang akan menolong mereka? 
Dokter, psikolog, psikiater dan motivator sekalipun harus diakses melalui lembaga sendiri, yang harus didatangi oleh penderita dan pasti punya birokrasi sendiri yang sedikitnya menghabiskan 30 menit sebelum bisa bertemu dengan mereka.

Tapi saat orang menjadi sangat putus asa dan memutuskan untuk suicide, mereka tidak akan punya waktu untuk naik kendaraan menuju para dokter dan psikolog. 
Tidak punya waktu untuk mengurus administrasi. 
Waktu yang dipertaruhkan hanya beberapa menit.
Kalau ada line telepon khusus yang bisa dicapai dengan menekan angka tertentu di handphone dan hanya menghabiskan waktu 2-3 menit untuk terhubung mungkin akan sangat membantu. Terlebih lagi bila akses itu bisa dihubungi dengan gratis. 
Free of charge!

Ini jadi impian saya, andai saja ada yang mau membuat ini, saya bersedia jadi relawan di sana. I will do anything sebagai sesama manusia untuk membantu menyelamatkan 1 nyawa dari akhir yang sia-sia.





Saya turut berduka cita untuk semua keluarga yang ditinggalkan.
Semoga angka kasus bunuh diri bisa ditekan dan bukannya meningkat dari angka 1 setiap 40 detik seperti saat ini.




finally saya dapat sedikit informasi dari google, coba dihubungi nomernya tapi tidak diangkat, mungkin program ini sudah berhenti.

http://thejakartaglobe.beritasatu.com/archive/jakartas-suicide-hotline-ringing-off-the-hook-ministry/



Saya harap secepatnya ada yang membuat line crisis centre atau crisis support, kalau ternyata sudah ada tolong kabari ke saya. I will definetely join as a volunteer. Ga peduli namanya apa, mau volunter apa relawan, saya tetap akan gabung. FOC. 
Free of charge!


Stay alive please. Live is amazing!



Spread The Word, Suicide Isn't The Answer, Share & Save A Life.